Daddy is My Superhero

Hidup di negeri orang memang ada dukanya. Kenapa??? Waktu itu aku sedang pergi ke margo untuk membeli perlengkapan bulanan,maklum anak kosan, tak sengaja mata ini tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang dibimbing oleh ayahnya, sontak aku pun teringat akan masa kecilku yang sangat indah itu, saat kebersamaan itu, bermain bersama,sekarang apa boleh buat ayah membiarkan kami para putrinya tinggal di negeri orang, karena ayah ingin masa depan kami cerah, walaupun itu pahit,harus berpisah dengan anak-anak mereka untuk sementara waktu.

Aku teringat akan cerita nenekku, dulu ketika aku lahir, ayah berlari dari rumah sakit ke rumah ku yang berjarak kurang lebih 3 km pada malam hari hanya untuk mengambil perlengkapan untukku..Saat itu ayah tidak memikirkan letih yang dia rasakan, melihat buah hatinya, merupakan obat letih bagi dia. Baru lahir saja aku sudah merepotkan beliau..Tak cukup disitu saat aku berusia balita,saat aku terkena flu, agar hidungku tidak merasa perih, dengan tidak merasa jijik ayah mengambil ingusku dengan penuh hati-hati..Saat aku berumur 5 tahun ayah membelikan aku sepeda roda 3, agar aku bisa bermain, ayah merelakan waktunya untuk mengajarkan nya kepadaku..

Setiap malam ayah selalu menyelimutiku dan menciumku dengan penuh kasih sayang. Disaat libur ayah selalu membawa kami pergi rekreasi..Indahnya masa-masa itu. Lagi-lagi aku membuat orang tua ku susah,waktu aku duduk di kelas 3, aku harus dirawat di rumah sakit, minum obat selama 2 tahun, lagi-lagi aku membuat ayahku repot, tapi aku salut dengan ayahku yang selalu bisa menenangkan anggota keluarganya,disaat ibuku sedih dan menangis melihat aku sakit, ayah dengan tabah menenangkan ibuku, walaupun hati dia juga merasa khawatir, tetapi ayah tetap kuat,karena beliau adalah sandaran keluarga..

Bahkan pernah waktu itu, ayah masuk rumah sakit, lagi-lagi beliau tetap berusaha agar kami tidak terlalu khawatir, Ibu selalu merawat ayah dengan penuh kasih sayang, sungguh Alhamdulillah Ya Allah,engkau telah kirimkan aku kepada 2 malaikat ini. 

Dulu aku sering disuruh ayah untuk injak atau pijat punggung dan kakinya dengan kaki kecilku,aku naik ke atas punggung ayah sambil bernyanyi, sesekali kalau aku bosan aku langsung pergi dan bilang "Udah ya Pa..", memijat sebentar saja aku sudah capek, apalagi ayah, yang berusaha dari pagi untuk mencari uang..
Ayah selalu berpesan kepada kami,bahwa kami harus rajin sekolah,supaya jadi anak pintar,terus besok jadi orang sukses. Kami pun berusaha agar mendapat nilai bagus, sampai akhirnya kami bisa kuliah,dan sarjana. 

Terkadang aku benci dengan yang namanya bandara,karena tempat ini membuat kita berpisah dengan orang yang kita sayangi, jujur sampai sekarang aku tidak pernah melihat ke belakang saat aku sudah berpamitan kepada orangtuaku, karena sudah pasti aku tidak kuat mengeluarkan air mata melihat wajah mereka yang memperlihatkan wajah senyum tetapi terlihat bahwa senyumnya mengatakan "Pergilah nak mencari masa depanmu nak,jadilah anak yang membanggakan orangtua,kami rela melepasmu,asalkan kamu bahagia". Saat aku berpamitan,ibu selalu mengatakan dengan suara bergetar "Baik-baik ya disana,rajin ibadahnya..",seorang ibu mempunyai hati yang lembut,jadi mudah untuk mengeluarkan air mata, tetapi ayah dengan suara yang penuh bijaksana dan wibawa dia mengatakan nasehatnya dengan penuh semangat dan tegar agar anaknya tidak merasa sedih,padahal dalam hatinya dia sama seperti ibu yang sedih melihat anaknya pergi,bahkan kadang ayah menyembunyikan air matanya dibalik senyumannya itu.

Ayah selalu berpesan kepada kami carilah pasngan hidup dari hatinya bukan yang lainnya,ayah akan menerima pasangan kalian apabila hatinya baik dan beriman. Waktu itu kami berpikir,masih lama untuk mencari pasangan hidup. Tapi tidak terasa kami pun beranjak dewasa, dan sebentar lagi InshaAllah kakakku yang pertama akan menikah, baru kemaren kakakku merasakan dibimbing ayah untuk masuk TK, sekarang ayah akan membimbing kakakku ke pelaminan,dan membiarkan anaknya tinggal bersama lelaki pilihan anaknya, otomatis waktunya akan terbagi. Dia mengantarkan dengan penuh keikhlasan dan penuh kebanggaan karena telah menyelesaikan tanggung jawabnya dan telah berhasil membuat anaknya sukses..

Ayah...
Terima kasih telah merawat kami..
Terima kasih telah menjadi batu karang yang tegar demi anakmu
Terima kasih telah menjaga dan mencintai ibu kami
Terima kasih atas cintamu
Terima kasih telah mengajarkan kami arti kehidupan..
Ayah...
Tetaplah tegar..
Kami mencintai Ayah...
YOU'RE MY HERO

0 comments:

Post a Comment